Rabu, 12 Oktober 2011

Nikmati Jalan Dakwah, Sebagai Apapun atau Tidak Sebagai Apapun Kita



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxwiZ_77lD1MSey0FbLGyC5oyYe84zK_sa8pe_tp6wdVJq3n4J3vqg__mgjUHLoYI-F__9PWxyXfogsrkDaTjrZwgsXdis_ARFVftzweAqa1oH03bpDxLcZRAxb3V0Jo9g6tYFcPPFujfk/s1600/mangabzzzz2.jpgOleh : Cahyadi Takariawan*
Terlalu sering saya sampaikan, agar kita tidak gagal dalam menikmati jalan dakwah. Dalam berbagai forum dan tulisan, saya selalu mengajak dan mengingatkan, agar kita selalu menjadikan jalan dakwah ini sebagai sesuatu yang kita nikmati. Segala renik yang ada di sepanjang jalannya: suka dan duka, tawa ria dan air mata, kemenangan dan kepedihan, tantangan dan kekuatan, sudahlah, semua itu adalah bagian yang harus bisa kita reguk kenikmatannya.

Di antara doa yang sering saya munajatkan adalah, “Ya Allah, wafatkan aku dalam kondisi mencintai jalan dakwah, dan jangan wafatkan aku dalam kondisi membenci jalan ini.” Tentu saja bersama doa-doa permohonan lainnya. Saya tidak ingin menjadi seseorang yang mengurai kembali ikatan yang telah direkatkan, mengungkit segala yang telah diberikan, dengan perasaan menyesal dan meratapi segala yang pernah terjadi di jalan ini.

Saya merasa bukan siapa-siapa, dan hanya seseorang yang mendapatkan banyak kemuliaan di jalan ini. Mendapatkan banyak saudara, mendapatkan banyak ilmu, memiliki banyak pengalaman, mengkristalkan banyak hikmah, menguatkan berbagai potensi diri, menajamkan mata hati dan mata jiwa. Luar biasa, sebuah jalan yang membawa berkah melimpah. Maka, merugilah mereka yang telah berada di jalan ini tetapi tidak mampu menikmati.
Maka mari kita nikmati jalan dakwah ini, “sebagai apapun” atau “tidak sebagai apapun” kita. Posisi-posisi dalam dakwah ini datang dan pergi. Bisa datang, bisa pergi, bisa kembali lagi, bisa pula tidak pernah kembali. Bisa “iya” bisa “tidak”. Iya menjadi pengurus, pejabat, pemimpin dan semacam itu; atau tidak menjadi pengurus, tidak menjadi pejabat, tidak menjadi pemimpin, tidak menjadi apapun yang bisa disebut.

Kamu siapa ?

“Saya pengurus partai dakwah”. Ini bisa disebut.

“Saya pejabat publik yang diusung oleh partai dakwah”. Ini juga bisa disebut.

“Saya pemimpin organisasi dakwah”. Ini sangat mudah disebut.

“Saya kepala daerah yang dicalonkan dari partai dakwah”. Ini cepat disebut.

Tapi, kamu siapa ?

“Saya orang yang selalu berdakwah. Pagi, siang, sore dan malam. Kelelahan adalah kenikmatan. Perjuangan adalah kemuliaan. Saya bahkan tidak tahu, apa nama diri saya. Karena saya lebih suka memberikan hal terbaik bagi dakwah, daripada mencari definisi saya sebagai apa di jalan ini”.


Ya. Nikmati saja jalan ini. Sebagai apapun, atau tidak sebagai apapun diri kita di jalan dakwah. Jangan gagal menikmati.

7 Arahan Ustadz Hilmi Aminuddin

7 Arahan Ustadz Hilmi Aminuddin


Situasi yang kita hadapi sekarang adalah mata rantai dari ujian-ujian dakwah sebelumnya. Adalah sunatullah bahwa akan ada terus rekayasa untuk mengkerdilkan dakwah. Namun yang penting adalah bagaimana kemampuan kita untuk membuktikan dengan kerja nyata.

Kita sebagai dai dan daiyah diperintahkan oleh Allah SWT jika menghadapi sesuatu yang sulit, yang menghimpit, cepat kembali kepada Allah (fafirruu ilallah..). Kemudian selesaikan dengan mentadabburi konsep Allah. “Afala yatadabbarunal Qur’an am ‘ala quluubin aqfaluha.”

Dari tadabur ayat-ayat Allah ini, maka dalam menghadapi berbagai masalah, ancaman dan makar, maka kita harus memiliki bekalan-bekalan yakni:

(1) Atsbatu mauqifan (menjadi orang yang paling teguh pendirian/paling kokoh sikapnya)

• At-Tsabat (keteguhan) adalah tsamratus shabr (buah dari kesabaran).
• Famaa wahanuu lima ashobahum fii sabiilillahi waaa dhoufu wamastakanuu…
• “…mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah. Allah menyukai orang-orang yang sabar…” (3:146)
• Keteguhan itu membuat kita tenang, rasional, obyektif dan mendatangkan kepercayaan Allah untuk memberikan kemenangan kepada kita.
• Keteguhan sikap kadang-kadang menimbulkan kekerasan oleh karenanya perlu diimbangi dengan yang kedua.

(2) Arhabu shadran (paling berlapang dada)

• Bukan paling banyak mengelus dada.
• Silakan bicara tetapi silakan buktikan.
• Jika tidak ada lapang dada akan timbul kekakuan.

(3) A’maqu fikran (pemikiran yang mendalam)

• Mendalami apa yang terjadi.
• Jangan terlarut pada fenomena, tetapi lihatlah ada apa di balik fenomena tsb.
• Ketika kita merespon pun akan objektif.
• Respon-respon kita objektif, terukur, mutawazin (seimbang).
• Pemikiran yang mendalam kadang-kadang membuat kita terjebak pada hal yang sektoral, maka harus segera diimbangi pula dengan yang bekal keempat:

(4) Ausa’u nazharan (pandangan yang luas)

• Temuan sektoral perlu dicari.

(5) Ansyathu amalan (paling giat dalam bekerja)

• Sambil merespon sesuai dengan kebutuhan tetap kita harus giat bekerja.
• Orang-orang tertentu saja yang menangani, selebihnya harus terus bergerak dalam kerangka amal jamai. Energi kita harus prioritas untuk membangun negeri.
• Bekerja untuk Indonesia di segala sektor, struktur sampai tingkat desa, dan kader-kader yang mendapat amanah di pemerintahan. Fokuskan semua bekerja.

(6) Ashlabu tanzhiman (paling kokoh strukturnya)

• Kita jamaah manusia, ada kekurangan, ada kesalahan. Kita harus rajin membersihkannya. Seorang muslim ibarat orang yang tinggal di pinggir sungai dan mandi lima kali sehari. Jika sudah begitu, pertanyaannya: “Masih adakah daki-daki kita?”
• Allah berfirman “wa qul jaal haq wa zahaqal bathil”. Secara fitrah jika al Haq muncul, maka kebatilan akan lenyap, oleh karena itu teruslah hadirkan al Haq dan mobilisir potensi kebaikan. Jika kita lengah mendzohirkan al-haq maka kebatilan yang tadinya marjinal akan tampil dan al-haq terbengkalai.
• Hidup berjamaah adalah untuk memobilisir potensi-potensi kebaikan.

(7) Aktsaru naf’an (paling banyak manfaatnya)

• Khoirunnas anfa’uhum linnas.
• Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
• Buktikan bahwa jamaah ini banyak manfaatnya sehingga berhak mendatangkan pertolongan Allah dan pertolongan kaum Mukminin.

Jika tujuh hal itu dilakukan untuk menghadapi tantangan dan rekayasa, insya Allah dakwah ini akan semakin kokoh dan semakin diterima untuk menghadirkan kebajikan-kebajikan yang diharapkan oleh seluruh bangsa.

Wellcome to our blog!

Bidang perempuan Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) Siak adalah bagian dari DPD PKS Siak yang mengurusi agenda dakwah akhwat, umahat, dan keluarga.

Kehadirannya semoga menjadi tetesan embun yang mampu menjadi penyejuk dalam kiprah dakwah di bumi siak. Kita tahu bahwa tangan dingin seorang 'ibu' akan menjadi tenaga trampil yang mengelola sebuah rumah tangga. Nah, PKS adalah perahu dakwah, didalamnya dibutuhkan sosok trampil kaum akhwat untuk mengelola 'rumah tangga'nya.

Semoga diberkahi...selamat menikmati suguhan tulisan perjalanan dakwah akhwat Bidpuan PKS Siak....